Selasa, September 29, 2009

PUISI

PUISI INDAH
(WS. RENDRA)



Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,
tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya, mengapa Dia
menitipkan padaku?

Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?

Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?

Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah

kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,

Seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti
matematika :
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan
Nikmat dunia kerap menghampiriku.

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih.

Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak keputusanNya yang tak
sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah....

"ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan
keberuntungan sama saja"

Kamis, September 17, 2009

PUISI

Kerendahan Hati

(Taufiq Ismail)

Kalau engkau tak mampu menjadi beringin
yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
yang tumbuh di tepi danau

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang
memperkuat tanggul pinggiran jalan

Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air

Tidaklah semua menjadi kapten
tentu harus ada awak kapalnya….
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi
rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu….
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri..

RENUNGAN

SENANDUNG LIRIH


Lirih kusenandungkan bait demi bait dalam pekatnya langit karena mega yang tak jua beranjak dari lembutnya biru. Kembali kukepakkan sayap ini tuk menemuimu, walau harus melintasi langit tak berbintang, kupaksa sayap letih ini menerbangkanku setinggi mungkin agar ku bisa menatap siluetmu dan merengkuhmu kembali.

Ingin ku luruhkan raga ini ke dalam hangatnya pelukmu, agar ku dapat benamkan segala rasa dalam teduhnya pendar matamu, dengan bersimpuh di antara luasnya kasihmu, walau terkadang aku harus melawan angkuhnya waktu, memaksanya tuk berputar bahkan dengan iba ku berharap ia akan menghentikan setiap langkahnya tuk membawaku kembali pulang.

Semakin ku memohon…semakin jauh ia membawaku pergi dengan langkah-langkah lebarnya yang begitu membuatku tak kuasa menengok walau sekilas. Kepakan sayapku semakin letih seiring kerasnya deburan rasa, tapi aku sangat menikmati gemuruhnya alunan air mata dan tawa dalam derasnya arus penyesalan. Ya…aku sangat menikmatinya, aku berusaha menikmati setiap bongkahan rasa. Ku coba memungut dan menyatukan kepingan tangis, senyum serta tawa, tuk kubawa dalam setiap kepakanku karena engkau ada, dan selalu ada di setiap mozaik langkahku hingga kelak ku berjumpa denganmu tuk mencium lembut tangan-tanganmu yang penuh cinta.

Kini tlah kusadari dirimu tlah jauh dari sisi
Ku tau tak mungkin kembali kuraih semua hanya mimpi
Ingin ku coba lagi mengulang yang telah terjadi
Tetapi semua sudah tak berarti

Kau tinggal pergi

Adakah kau mengerti kasih rindu hati ini tanpa kau disisi
Mungkin kah kau percaya kasih bahwa diri ini ingin memiliki lagi

Kusadari kembali ternyata semua khayal diri
Kini ku tau tak mungkin ada waktu untuk mencintaimu lagi

Adakah kau mengerti kasih rindu hati ini tanpa kau disisi
Mungkin kah kau percaya kasih bahwa diri ini ingin memiliki lagi…



Tuk alm. Sedijono, papa yang penuh cinta dengan segala ketulusan serta keikhlasannya

Hari ini 16 September 2009, tepat tiga tahun berpulangnya pribadi yang sederhana namun kaya hati.

Jumat, September 04, 2009

RENUNGAN

FENOMENA MUDIK


Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran, tak bisa dipisahkan dengan tradisi mudik atau pulang kampung. Saat lebaran tiba, semua kota besar di Indonesia khususnya Jakarta menjadi lengang, ditinggalkan para penduduknya. Dari sinilah kita bisa tahu siapa saja penghuni kota ini.

Mencermati tradisi mudik yang tak jauh beda setiap tahunnya, dari persiapan awal seperti penjualan tiket kereta, bus, kapal bahkan pesawat yang bisa didapat jauh-jauh hari tepatnya H-30 sampai maraknya para calo tiket, riuhnya beragam discount ataupun sale yang ditawarkan di berbagai mall, pemandangan yang sangat padat di pusat-pusat perbelanjaan karena banyaknya orang yang ingin tampil serba baru di kampung halamannya saat hari Raya Lebaran, membuat tradisi mudik menjadi sesuatu yang sangat dirindukan oleh siapapun.

Kalau kita melihat begitu antusiasnya orang-orang yang ingin mudik hingga mereka rela berdesak-desakan di stasiun maupun di terminal, siap menyerbu kendaraan yang akan mengantar ke kampungnya hingga mereka rela duduk, berdiri bahkan tidur di WC kereta dan tidak menghiraukan lagi dengan sengatan bau yang tak sedap asal bisa mudik dengan selamat, rasa bangga serta gembira para pemudik dengan setumpuk oleh-oleh hasil kerja kerasnya selama di kota yang siap dibagi-bagikan kepada orang tua, saudara dan kerabat, membawa suatu semangat tersendiri bagi para pelaku mudik. Suatu semangat yang disertai kerinduan untuk dapat bertemu dengan orang-orang yang kita cinta.
Dengan berbekal semangat dan rasa rindu akan tempat asal kita, seharusnya memunculkan pertanyaan pada diri masing-masing.

Apakah kita juga merasakan rindu yang sama untuk pulang ke kampung yang sesungguhnya?
Karena mudik yang sesungguhnya adalah kepulangan kita ke akhirat.
QS Ali ‘Imran (3) : 185 “Tiap-tiap yang berjiwa (nafs) akan merasakan mati”
QS Yaasin (36) : 83 “Maka Maha Suci Alah yang ditangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan”

Apakah kita juga sangat merindukan bertemu dengan Allah SWT Dzat Yang Menciptakan dan Memiliki kita, melebihi kerinduan bertemu dengan orang tua maupun kerabat?
QS Al Fajr (89) : 27-30 “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hambaKu dan masuklah ke dalam SurgaKu”

Apakah kita juga bersemangat menyiapkan dan membawa semua bekal yang akan menemani kita selama dalam perjalanan menuju ke hadapan Illahi?
Apakah kita juga dengan senang hati menyiapkan oleh-oleh yang akan kita persembahkan untuk Tuhan Semesta Alam, sebagai tanda bakti kita kepada Dzat Yang Maha Baik, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang?
Karena bekal serta oleh-oleh yang sesungguhnya adalah ketaatan dan ketaqwaan kita kepada-Nya, seluruh amal shalih, serta kebaikan yang kita perbuat
QS Al Hasyr (59) : 18 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)

Semoga kesucian dan kemuliaan bulan Ramadhan terus mengiringi kita agar menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik dalam urusan dunia dan yang lebih penting lagi dalam urusan akhirat seperti Sabda Nabi Muhammad SAW, “barang siapa hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka dia adalah orang yang beruntung. Barang siapa yang hari ini sama dengan kemarin, maka dia adalah orang yang rugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka dia itulah orang yang celaka.”

Dan yang tak kalah penting, semangat mudik untuk merayakan Idul Fitri tahun ini dapat membukakan hati serta pikiran kita untuk menyadari akan kelima hal ini yaitu minallah (kita berasal dari Allah), lillah (kita dan segala hal yang melekat dalam diri kita adalah milik Allah), billah (kita bisa menjalani hidup karena bantuan Allah), ma’allah (bersama Allah pula, kita mampu menjalani seluruh aktivitas) dan pada akhirnya, ilallah (kita semua pasti akan kembali kepada Allah).

Selamat mudik, hati-hati dalam perjalanan dan semoga selamat sampai di tujuan….





By Diah Arie




Selasa, September 01, 2009

AVERRHOA CARAMBOLA


Averrhoa Carambola, sebagian dari kita mungkin masih asing dengan nama latin tersebut tapi jika menyebut Buah Belimbing, siapa yang tak mengenalnya. Di kalangan internasional, buah Belimbing dikenal dengan sebutan Star Fruit, karena penampakannya jika dipotong secara horizontal menyerupai bintang.

Belimbing berasal dari India atau Srilangka dan dibudidayakan di Negara-negara kawasan Asia Tenggara, seperti Malaysia, Filipina serta Thailand. Selain di Asia Tenggara, Belimbing juga dikenal di Negara beriklim sub tropis lain, seperti Amerika dan Australia. Ini karena belimbing mudah tumbuh dengan baik di tempat dengan ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut dengan curah hujan tinggi dan mendapat cukup cahaya matahari. Sedangkan di Indonesia sendiri, belimbing banyak dijumpai di daerah Demak, Jawa Tengah.

Buah belimbing dibedakan menjadi dua jenis, yang rasanya manis dengan bentuk bintang disebut belimbing manis, sedangkan yang rasanya lebih asam dan biasa digunakan untuk bumbu masakan adalah belimbing wuluh atau belimbing sayur (Avverhoa Bilimbi).

Dalam literature Tanaman Obat Indonesia (TOI) disebutkan bunga belimbing manis dapat digunakan sebagai antipiretik dan ekspektoran untuk mengatasi batuk pada anak-anak. Buahnya mengandung banyak Vitamin C dan memiliki khasiat sebagai antiinflasi, diuretic dan analgesic. Sehingga baik untuk penyembuhan batuk, sariawan, sakit tenggorokan, mengatasi demam, kencing manis serta kolesterol. Karena kandungan vitamin C-nya yang tinggi, belimbing manis baik dikonsumsi untuk penderita kanker.

Sedangkan akar dari belimbing manis berkhasiat untuk menyembuhkan sakit kepala serta nyeri persendian, bagian daunnya pun dapat digunakan untuk mengatasi radang lambung, sebagai obat luar untuk radang kulit bernanah dan bisul.
Belimbing manis memang memiliki banyak khasiat, tetapi bagi orang-orang yang mempunyai masalah dengan ginjal sangat tidak disarankan untuk mengkonsumsinya. Karena, di dalam buah belimbing manis terdapat banyak asam oxalic yang berbahaya bagi penyandang penyakit ginjal.[]




Sumber : Taman Wisata Mekarsari
Disunting oleh : Diah Arie S