Selasa, Agustus 25, 2009

RESENSI

PESONA IBU NEGARA ANI YUDHOYONO

Wanita Di Balik Sukses SBY



Penulis : Ariyana Wahidah

Penerbit : Teraju, Jakarta, 2009

294 halaman, ISBN : 978-979-3603-95-7


Siapa yang tak kenal dengan nama Ani Yudhoyono, putri ketiga dari pasangan Alm. Letjen (pur) Sarwo Edhie Wibowo dan Hj. Sunarti Sri Hadiyah. Pastinya sebagai warga Negara Indonesia, telah akrab dengan nama tersebut begitu juga kiprahnya sebagai ibu Negara yang dengan setia selalu berada di samping sosok kharismatik, Susilo Bambang Yudhoyono.

Wanita yang lahir di Yogyakarta 6 Juli 1952, yang nama aslinya sempat memancing isu saat kampanye pilpres 2004 ini memiliki pesona serta self image yang kuat, sepadan dengan sang suami. Pribadi Ibu Ani Yudhoyono, demikian panggilan akrab dari Hj, Kristiani Herrawati, yang cerdas, memiliki wawasan luas, serta diimbangi dengan pengalaman panjang mendampingi suaminya ketika menjalani karir militer maupun nonmiliter dan inner beauty-nya, menjadikan seorang Ani Yudhoyono tidak sekedar sebagai “konco wingking” namun ia siap menjadi mitra Presiden.

Selama menjadi first lady, kinerja dan prestasinya banyak mendapatkan acungan jempol dari semua kalangan. Tercatat beliau pernah menerima PIN dari pemenang Nobel Perdamaian 2006 Mohammad Yunus sebagai Tokoh Penggerak Keuangan Mikro di Indonesia, pada acara “The Asia Pacific Regional Micro Credit Summit 2008” di Bali, selain itu ia juga masuk nominasi penerima PKS Award sebagai inspiring woman karena idenya mempelopori mobil pintar, serta dinilai sukses menjalankan tugas ibu Negara dengan baik.

Selain gagasannya berupa mobil pintar yang mendapat apresiasi dari UNESCO karena terbukti efektif dalam menjalankan program pemberantasan buta aksara dan mencerdaskan anak Indonesia, juga ada “one man one tree”, imbauan agar setiap kelahiran ditandai dengan penanaman satu pohon, lalu bersama dengan SIKIB (Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu), -nenek dari Almira Tunggadewi Yudhoyono (Aira) ini-, mewujudkan konsep Indonesia Sejahtera yang diimplementasikan dalam program Indonesia Pintar, Indonesia Sehat, Indonesia Kreatif dan Indonesia Peduli.

Saat terjadi bencana tsunami di Aceh, wanita yang dipersunting SBY pada 30 Juli 1976 ini spontan menggerakkan para istri menteri yang tergabung dalam SIKIB, untuk memberi bantuan kepada para korban dengan mendirikan lima puluh buah rumah di Desa Ajun serta memberikan modal kerja. Keberhasilan Ibu Ani Yudhoyono juga diraih dalam hal lingkungan hidup, dengan meraih penghargaan dari UNEP (United Nations Environment Programme) atas terwujudnya program penanaman 10 juta pohon.

Sementara itu, Menteri Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta menganugerahi gelar istri Presiden SBY ini sebagai Ibu Pembangunan Pemberdayaan Perempuan, Kesejahteraan dan Perlindungan Anak. Ibu dari dua putra ini – Agus Harimurti Yudhoyono dan Edhie Baskoro – juga sangat peduli dengan produksi dalam negeri, dengan mendorong peningkatan kualitas dan mengajak masyarakat Indonesia mencintai produksi Indonesia.

Sederetan aktivitas di bidang politik dan sosial sudah pernah dijalaninya, Ibu Ani pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat, aktif dalam kegiatan sosial di Persit Kartika Chandra Kirana, Dharma Pertiwi dan Dharma Wanita, selama SBY menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada era kepemimpinan Gus Dur dan Menteri Koordinator Politik dan Keamanan era pemerintahan Megawati.

Alhasil, seperti mengamini pepatah kuno yang mengatakan, dibalik laki-laki hebat, pastilah ada seorang perempuan hebat. Di balik kesuksesan Susilo Bambang Yudhoyono, pasti tak lepas dari sentuhan tangan lembut Kristiani Herrawati yang memberikan dukungan total terhadap tugas serta tanggung jawab suaminya dalam mengemban tugas Negara.[]




Oleh : Diah Arie S.

25 August 2009


www.catatanqta.blogspot.com

www.mengikatmakna.wordpress.com

Rabu, Agustus 05, 2009

MARHABAN YA RAMADHAN

Rasulullah SAW bersabda….
“Seandainya umatku mengetahui keistimewaan Ramadhan, niscaya mereka mengharap agar semua bulan menjadi Ramadhan”.
“Ada dua kenikmatan yang didapatkan oleh orang yang berpuasa, yaitu sekali pada saat berbuka dan sekali pada saat menemui Tuhannya”

QS Al-Baqarah (2) : 183
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.


Puasa atau shiyam dalam bahasa Al Quran berarti menahan diri, untuk tidak makan, minum serta menahan diri dari segala dorongan hawa nafsu. Ada yang melakukannya dengan alasan kesehatan, kelangsingan badan, ada juga yang bertujuan untuk membersihkan jiwa dari dosa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Apapun motivasinya, puasa tidak bisa dipisahkan dari usaha pengendalian diri, karena secara umum jiwa manusia berpotensi untuk sangat mudah terpengaruh. Apalagi bila ia tidak mempunyai kesadaran untuk mengendalikan serta niat yang kuat untuk menghadapi hal-hal negatif.

Dari sisi lain, kehidupan manusia dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaannya dalam memenuhi kebutuhan fa’ali (makan, minum dan hubungan seks) apabila ia telah terbiasa dengan pemenuhan yang berlebihan, maka, tujuan berpuasa selain sebagai pengendali diri juga dapat berfungsi sebagai alat untuk membebaskan manusia dari belenggu kebiasaan yang berlebihan, yang selama ini mengikatnya.

Puasa dapat juga disebut sebagai jihad akbar, yaitu suatu peperangan yang bila dimenangkan maka akan dapat mengendalikan nafsu tanpa menghabisi ataupun menghancurkannya. Sebab pada bulan Ramadhan, setiap muslim dituntut untuk berperang menaklukkan nafsunya dan seperti halnya perang dalam Islam yang tidak bertujuan untuk menghabisi apalagi memusnahkan potensi lawan. Tujuannya sekedar mengendalikan, karena sejelek-jeleknya sesuatu, pasti ada segi positif dalam diri manusia itu yang dapat dimanfaatkan.

Kelak, manusia dengan segala nafsu, sikap dan sifatnya pasti akan bertemu dengan Pencipta-nya dan di dalam perjalanannya menuju ke Yang Maha Memiliki, -khususnya selama bulan Ramadhan, yang merupakan bagian dari perjalanan hidup seorang muslim- manusia berusaha sekuat kemampuannya untuk mencontoh sifat-sifat Tuhan. Bukankah Allah SWT tidak makan, bahkan memberi makan, tidak minum? Bukankah Allah SWT Maha Pengampun, Maha Pengasih, Maha Penyayang, tidak pernah membenci dan mendzalimi, menyakiti ataupun menelantarkan mahlukNya?

Jika seperti demikian hakikat puasa, maka Ramadhan adalah suatu media yang mengantarkan seorang muslim kepada “bersikap serta bersifat dengan sikap dan sifat Allah SWT.”
Lalu, apa yang harus kita persiapkan untuk menyambut bulan yang penuh rahmat ini? Jiwa yang suci dan tekad yang membaja untuk memerangi nafsu, menghidupkan malamnya dengan shalat serta tadarus dan siangnya dengan ibadah kepada Sang Khalik melalui pengabdian kepada keluarga, lingkungan, bangsa dan Negara.

Karena pada bulan puasa, dosa-dosa manusia habis terbakar, akibat kesadaran dan amal salehnya, selain itu Ramadhan menjadi sebuah waktu untuk mengasah serta mengasuh jiwa seseorang. Sehingga jika seorang muslim berhasil melewati bulan Ramadhan atas izin serta ridha-Nya dan mampu menjadi “pribadi yang kembali pada fitrahNya”, maka Insyaallah dapat merasakan kenikmatan ruhani yang melebihi kelezatan jasmani.
Hanya saja yang sangat disayangkan, banyak orang yang tidak mengetahuinya karena tidak pernah mencobanya.




By Diah Arie